Tahun 1990 adalah pertama kali saya memelihara merpati sewaktu masih di bangku Sekolah Dasar dengan sepasang merpati berwarna putih yang dibelikan oleh bapak saya. Mungkin karena saya masih kecil, saya sering kali dibodohin oleh senior penggemar merpati di tempat saya lahir, tiap bapak saya membelikan sepasang merpati yang cukup bagus selalu diganti oleh senior penggemar merpati di daerah saya dengan merpati miliknya yg jelek sambil mengancam! Dari situ saya mulai sedikit putus asa untuk memelihara merpati lagi sampai sekitar 6 thn saya tidak bermain merpati lagi, beranjak SMP tiba-tiba teman saya di bangku SMP meminta tolong di pinjami uang guna membayar SPP namun dia hanya memiliki 2 pasang merpati tinggian sebagai jaminannya yang kemudian hanya saya ambil 1 pasang! Saya suka sekali dengan warna merpati milik teman saya itu”masih belum ngerti rabaan dan katuranggan burung yang baik” setelah saya pelihara dan buat main ternyata burung menunjukkan kerja yang baik(menurut saya pada waktu itu) tiap saya lepas dimanapun burung pasti mau pulang(ga peduli tinggi, gaya terbang, maupun shooting) cukup lama saya pelihara burung tersebut hingga saya kelas 1 SMA.
Seiring waktu berjalan suatu ketika saya bertemu dengan seorang keturunan Tionghoa asal Kalimantan lama hidup di Cirebon bernama almrhm Bapak Wawan/Cong Wa yang ternyata juga menyukai merpati, beliau saya pamerin merpati milik saya yang mempunyai kerja bagus(menurut saya waktu itu), saya sering bilang ke beliau meski kandang jelek tapi saya punya merpati bagus sekali, kadang beliau tertawa saat melihat merpati saya sedang bekerja dan beraksi serasa mengiyakan kalau merpati saya memang bagus. Kemudian saya diajak ketempat beliau memelihara merpatinya di Purworejo (sangat bagus dan bersih sekali kandangnya), beliau menyuruh saya melihat kerja salah satu merpati miliknya yang bernama Teri dilepas hanya sekitar -/+ 1km tanpa gandengan burung bisa sangat tinggi dan stut kenceng, sekali langsung jadi meskipun tanpa di geber(hanya dengan geberan dimasukkan kandang dekat tempat mendarat) tapi masa itu saya menganggap jelek karena saya masih menganggap jarak sebagai ukuran merpati yang bagus (semakin jauh burung lepasannya berarti semakin bagus juga merpati itu) beliau pun mentertawakan saya, sedikit demi sedikit beliau mengajarkan kepada saya bagaimana cara memilih merpati sesuai keinginan kita, cara merawat, memelihara, dan beternak(breeding) saking banyaknya materi yang beliau ajarkan makin sering membuat saya pusing+bingung, kadang saya juga diajak keliling kota melihat lomba merpati dan berburu merpati! Namun yang masih menjadi ganjalan saya sampai sekarang tiap beliau membeli merpati entah yang juara lomba maupun di peternak beliau selalu memakai nama orang lain meski beli itu harganya sampai puluhan bahkan ratusan juta pun ga pernah mengaku nama aslinya, pernah membeli burung juara di salah satu kota dengan mengaku Wan YEN,Anas,Agung, pokoknya banyak sekali nama2 yang beliau pakai tiap membeli merpati. Yapi tiap kali saya menanyakan alasannya, malah saya disuruh sekolah saja yang tinggi supaya bisa pelihara merpati dengan hati bukan pelihara merpati karena ingin kejar prestasi (????). Saya juga pernah mendengar dari beliau tentang mengetahui kualitas indukan untuk ternak dari rabaan dan membaca sifat dari matanya (seperti artikel eye sign yang saya baca di forum merpati) dengan mengukur korelasi dll, sudah lupa saya rumus-rumus perhitungan beliau. Mulai perhitungan ujung kaki sampai ujung paruh, maupun perhitungan sayap yang mana 4 bulu sayap paling luar harus bener-bener sejajar pokoknya urusan itu sudah mulai pusing saya nanggapinnya.
Kadang teman2 beliau suka mengatai beliau jago klenik/tukang main klenik, tapi saya lebih respect pada kecerdasan dan pengalaman beliau. Masih banyak ilmu tentang merpati yang belum sempat saya pelajari dari beliau, hingga terjadi bencana kehilangan 8 pasang karena di curi dimana yang 3 pasang itu termasuk yang beliau sayangi. Selang 2 bulan dari kejadian itu beliau jatuh sakit dan meninggal dunia, saya cukup mendapatkan guncangan hebat karena kehilangan figure seorang teman, bapak, dan guru yang sudah saya kenal -/+8thn lamanya, namun sebelum meninggal beliau berpesan supaya yang di kandang Hoky dan kandang Golden total 48 pasang+ piyikan (merpati tinggian), merpati balap di kandang Barongsai total 21 pasang+piyikan yang semua terdiri dari trah ciptaannya dan yang pernah dibelinya dipotongin/disembelih trus kandangnya di bakar, kemudian yang di kandang Rojo total 7 pasang, 9 betina indukan, dan 10 piyikan beliau suruh untuk dipelihara saya dengan catatan keturunan dari beberapa pasang tersebut dan keturunan betina tidak boleh dijual yang diantaranya trah Panjiwo,Rajawali,Dona-Doni(saya sendiri dulu mau pegang itu burung ga dperbolehkan karena yang di kandang Rojo memang beliau spesialkan), burung yang ada di kandang Rojo saya pindah ke Magelang sebelum saya bakar kandangnya. Jadi sebelumnya saya pribadi minta maaf yang sebesar-besarnya kepada teman lama Cong Wa (pak Amin, pak Danu, pak Joko, pak Tahar, pak Rudi, pak Kun, dll) yang sering menanyakan trah-trah lain dari beliau maupun pengunjung Blog yang senantiasa menanyakan keturunan Panjiwo, Rajawali, dan Dona-Doni maupun berminat membeli keturunannya supaya bisa memahami atas keterbatasan saya. Moto saya masih sama dengan waktu saya pamer kepada Cong Wa Biar kandang jelek tapi masih bisa main burung bagus. Sampai sekarang pun saya masih mengikuti jejak beliau yaitu masih sering berburu merpati bagus sesuai keinginan meski urusan rabaan masih kurang seteliti beliau.